MENU

Rabu, 04 Maret 2015

PROPOSAL PENELITIANKU



PENERAPAN METODE LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB DI KELAS XII IPS SMA WAHID HASYIM PATI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab sebagai bahasa Asing di Indonesia menduduki posisi yang strategis terutama bagi umat Islam Indonesia. Hal ini bukan saja karena bahasa Arab digunakan dalam ritual keagamaan seperti shalat, khutbah jum’at, dalam berdo’a dan lain-lainnya, tetapi juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa pergaulan Internasional.[1]
Pengetahuan tentang karakteristik bahasa Arab merupakan tuntutan yang selayaknya dipahami oleh para pengajar bahasa Arab, karena pemahaman akan diskursus tersebut akan memudahkan mereka dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Namun hendaknya dicermati lebih lanjut, bahwa karakteristik bahasa arab tidaklah identik dengan kesulitannya, karena dengan memiliki pemahaman tentangnya setidaknya tersingkap kelebihan yang ada pada tubuh bahasa Arab dan menjadi aspek kemudahan yang merupakan jalan bagi yang mempelajarinya.[2]
Ironi adalah sebuah kata yang meski sangat riskan dipergunakan, namun dalam kondisi pembelajaran bahasa Arab dewasa ini patut untuk dikedepankan. Hal ini dikarenakan kompleksitas permasalahan yang bergayut dalam prosesi pembelajaran bahasa Arab, khususnya bila dihadapkan dengan idealita bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan bahasa umat Islam secara keseluruhan. Dikatakan  demikian  karena  dipahami,  bahwa  Alquran  tidak dapat dipisahkan dari medium ekspresi linguistiknya, untuk itu secara makro dapat dikatakan pula, bahwa bahasa Arab adalah bahasa umat Islam,  alat komunikasi dan informasi antar umat Islam dan juga merupakan alat komunikasi  manusia  beriman  dengan  Allah  yang  terwujud  dalam  bentuk ritual ibadah seluruh umat Islam.
Idealita entitas bahasa Arab di atas ternyata tidaklah disertai dengan realitas pembelajarannya di negeri tercinta, Indonesia. Kemampuan berbahasa Arab yang telah diyakini sebagai syarat bagi setiap individu yang melakukan kajian keilmuan secara umum dan kajian Islam secara khusus, ternyata sampai saat ini sangatlah tidak menggembirakan. Bahasa Arab tampak tertinggal jauh di belakang, baik dari segi metode, interest pelajarnya, maupun dari substansi kajiannya.[3]
Pelajaran bahasa Arab di tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) merupakan mata pelajaran yang mengambangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan membina kemampuan berbahasa Arab Fusha[4] serta mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama, pengetahuan umum dan sosial budaya. Pelajaran bahasa Arab ini berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat komunikasi.[5]
Kenyataan yang dihadapi bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah/sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan. Kendala atau tantangan tersebut paling tidak dapat terlihat salah satunya dari segi edukatif. Pengajaran bahasa Arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor pendidikan yang memadai. Faktor-faktor disini diantarnya faktor kurikulum (termasuk di dalamnya orientasi dan tujuan, materi dan metodologi pengajaran serta sistem evaluasi), tenaga edukatif, sarana dan prasarana.[6]
Pengajaran bahasa Arab yang selama ini berjalan di berbagai madrasah /sekolah pada umumnya masih menitik beratkan kepada Metode Gramatika dan Terjemah (Nahwu wa Tarjamah) dan masih relatif kurang sangat ditopang oleh faktor-faktor pendidikan pengajaran yang memadai. Tidak dipungkiri bahwa kurikulum memegang peranan penting bagi perjalanan sebuah proses belajar mengajar.
Namun demikian, kurikulum yang selama ini diformat oleh para pemegang kebijakan, pendidikan bahasa Arab seringkali dinilai kurang produktif, terlalu gemuk dengan materi dan tidak terorientasi dengan kompetensi akhir yang harus dimiliki oleh peserta didik. Saratnya materi yang harus dipasok ke dalam sel-sel otak peserta didik, memotifasi para pengajar untuk hanya bertugas sebagai penyampai pokok bahasan, sehingga daya kreasi pengajar tumpul dalam mengadakan pengayaan strategi pengajaran. Pembelajaran Bahasa Arab yang diselenggarakan pada gilirannya kemudian hanyalah berpola untuk memindahkan isi (content transmission) dari pengajar ke peserta didik. Hal ini tentu saja membuat proses belajar mengajar menjadi bersifat monoton, satu arah dari pengajar ke peserta ajar (one way communication), tidak diarahkan ke partisipatori total peserta didik. Dan akhirnya, pola pengajaran menjadi sangat monolog dan menjemukan.[7]
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang sangat kompleks dimana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru.[8]
Sebagai pengajar bahasa Arab yang baik seyogyanya mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa itu, mengetahui apa yang hendak di ajarkan untuk mencapai tujuan itu, dan mengetahui bagaimana membawakannya di depan kelas sehingga tujuan itu bisa tercapai pada waktu yang telah di tentukan dalam kurikulum, dan mengetahui pula kapan masing-masing tahapan diajarkan. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran bahasa Arab akan menentukan materi yang harus diajarkan, dan menentukan pula sistem dan metode yang hendak dipergunakan. Di samping itu, hal lain yang harus dipertimbangkan dan diprioritaskan dalam pengajaran adalah faktor keterampilan bahasa.[9]
SMA Wahid Hasyim Pati adalah salah satu sekolah tingkat menengah atas yang mengajarkan bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran agama, namun beberapa siswa masih sangat kesulitan dalam merealisasikan tujuan pembelajaran. Kebanyakan siswa masih belum mampu menafsirkan arti kata baru, sehingga siswa kesulitan untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat dengan menggunakan bahasa Arab. Selain itu, masih banyak siswa yang belum mampu mengucapkan hiwar (percakapan) dengan intonasi yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan tentang pentingnya penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran. Sebagai salah satu metode pembelajaran bahasa Arab, penerapan Metode Langsung (Direct Method) akan mampu menumbuhkan aktivitas mandiri dalam mengikuti proses belajar mengajar Bahasa Arab. Metode ini akan mampu menghasilkan suasana yang sehat dan mengurangi rasa rendah diri pada siswa yang lambat belajar. Selain itu kelebihan yang dimiliki dari penerapan Metode Langsung adalah akan mampu memacu kemampuan siswa dalam menerapkan pola-pola komunikasi dengan bahasa Arab yang dipelajarinya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kemampuan dan keterampilan berbicara bahasa Arab.[10]
Berangkat dari pentingnya pembinaan dan pengembangan keterampilan bahasa Arab, maka penulis ingin melaksanakan penelitian yang berjudul, Penerapan Metode Langsung dalam meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati Tahun Pelajaran 2014/2015”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: “Apakah penerapan Metode Langsung/Direct Method dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab di kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati Tahun Pelajaran 2014/2015?”
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab melalui penerapan Metode Langsung (Direct Method) dalam proses pembelajaran Bahasa Arab di SMA Wahid Hasyim Pati.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi Siswa
a.       Siswa mampu menggunakan bahasa Arab dengan aktif dalam percakapan sehari-hari.
b.      Siswa mampu memahami Bahasa Arab cepat dengan menggunakan Metode Langsung (Direct Method).
2.    Bagi Guru
a.       Meningkatkan daya kreasi guru dalam mengadakan pengayaan metode pembelajaran khususnya bahasa Arab.
b.      Memberikan motivasi guru untuk membina dan mengembangkan keterampilan berbahasa Arab.
3.    Bagi Sekolah
Dari penelitian ini dapat memberikan inspirasi dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan pembelajaran langsung di Madrasah/Sekolah.
E.     Telaah Pustaka
Dalam hal ini, peneliti lebih menekankan kepada telaah penelitian sebelumnya yang merupakan ulasan yang mengarah kepada pembahasan skripsi periode sebelumnya yang sejenis, sehingga akan diketahui titik perbedaan yang jelas.
Pertama, Skripsi Nafisatur Rohmah, mahasiswa STAI Pati tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Siswa di MTs Miftahul Falah Puncel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.”[11] Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode Mubasyarah memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berbahasa Arab yaitu pada signifikan 5%. Hal ini terbukti dengan nilai rhitung = 0,227 berada diatas rtabel 1% = 0,296. Hal tersebut berarti penerapan metode Mubasyarah pada pelajaran Bahasa Arab memberikan kontribusi sebesar 48,70% terhadap kemampuan berbahasa siswa.
Skripsi di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu dari aspek mata pelajarannya yaitu Bahasa Arab dan metode pembelajarannya sama-sama menekankan pada aspek psikomotorik. Namun aspek yang diteliti memiliki perbedaan. Penulis mencoba menggunakan Metode Langsung dalam meningkatkan aspek keterampilan berbicara (Maharatul Kalam), sedangkan penelitian diatas menggunakan Metode Mubasyarah untuk mengetahui pengaruh Metode Mubasyarah terhadap kemampuan berbahasa siswa dalam pembelajaran Bahasa Arab.
Kedua, Skripsi Mamduh, Mahasiswa STAI Pati tahun 2012 dengan judul Peningkatan kemampuan menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa kelas VII semester ganjil MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.” Hasil penelitiannya yaitu nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Arab dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai ketuntasan belajar Bahasa Arab sebesar 80,56%, dan siklus II mencapai nilai ketuntasan sebesar 94,44%.[12]
Penelitian yang dilakukan oleh Mamduh mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mata pelajaran Bahasa Arab dan jenis penelitiannya, yakni penelitian tindakan kelas. Sedangkan perbedaannya terletak pada aspek yang diteliti dan penggunaan metode pembelajaran, aspek yang diteliti penulis adalah aspek keterampilan berbicara (maharatul kalam), sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah Metode Langsung/Direct Method.
Ketiga, skripsi Sri Hidayati, Mahasiswa STAI Pati tahun 2012, dengan judul: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling Learning Method) di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam skripsi disimpulkan bahwa metode CLM (Counseling Learning Method) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Arab di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Arab dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai ketuntasan belajar Bahasa Arab sebesar 72,41%, dan siklus II mencapai nilai ketuntasan sebesar 93,10%.[13]
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hidayati mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mata pelajaran Bahasa Arab dan jenis penelitiannya, yakni penelitian tindakan kelas. Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran dan aspek penelitiannya, yaitu metode CLM (Counceling Learning Method) untuk meningkatkan hasil belajar sedangkan metode yang digunakan peneliti adalah Metode Langsung untuk meningkatkan keterampilan berbicara (Maharatul Kalam)..
Dari tinjauan penelitian tiga skripsi diatas, skripsi pertama, skripsi kedua dan skripsi ketiga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran baru dalam pembelajaran Bahasa Arab seperti; Metode Mubasyarah, Metode Imla’, serta Metode Pembelajaran CLM (Counseling Learning Method) memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan hasil belajar. Pengabungan dari ketiga komponen diatas, peneliti menerapkan sebuah metode pengajaran bernama Metode Langsung (Direct Method), sehingga penelitian ini mengandung unsur kebaruan dan layak untuk diteliti.
F.     Landasan  Teori dan Hipotesis
1.    Metode Pengajaran Bahasa
Method, yang dalam Bahasa Arab disebut Thariqah, adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, dimana tidak ada satu bagiannya yang bertentangan dengan bagian yang lain dan kesemuanya berdasarkan atas approach (pendekatan) yang telah ditentukan. Jika approach bersifat axiomatic, metode bersifat prosedural. Sehingga dalam satu pendekatan bisa saja terdapat beberapa metode. Misalnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyajian materi pelajaran diantaranya latar belakang bahasa murid, dan bahasa Asing yang dipelajarinya sehingga mengakibatkan perbedaan metodologis.[14]
Pengajaran bahasa Arab untuk orang Indonesia misalnya, akan berbeda secara metodoligis dengan pengajaran bahasa Arab untuk orang Inggris. Umur murid, latar belakang sosio-kultural, pengalamanya dengan bahasa Arab atau bahasa Asing lainnya sebelumnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi metode. Dalam pembelajaran memilih suatu metode, bisa terjadi beberapa metode didasarkan atas approach yang sama.[15]
Disamping itu, tujuan dari program bahasa yang diberikan, apakah tujuannya untuk membaca, kemahiran bercakap-cakap, kemahiran menerjemahkan dan lain-lain. Kesemuanya akan membentuk dan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang dianggap tepat sasaran berdasarkan tujuan, yakni pembelajaran aktif berpusat pada siswa.
Metode apa pun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM, diantaranya:
a.    Berpusat pada anak didik (student oriented)
Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
b.    Belajar dengan melakukan (learning by doing)
Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
c.    Mengembangkan kemampuan sosial
Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to life together).
d.   Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif.
e.    Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah
Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap masalah yang dihadapi anak didik.[16]
2.    Metode Langsung (Direct Method)
a.    Pengertian Metode Langsung (Direct Method)
Direct Method yaitu berasal dari kata Direct yang artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.[17]
Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan bahasa kepada anak-anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajari “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula maksudnya.
b.    Sejarah Munculnya Metode Langsung
Metode langsung dikembangkan oleh Charles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor kemunculannya dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode tata bahasa dan tarjamah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi ditengah kepopulerannya muncul banyak ketidak puasan di banyak kalangan, sehingga muncullah kritik bahkan penolakan terhadap metode ini.[18]
Meskipun metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah, namun orang-orang telah lebih dulu menggunakannya dalam mengajarkan bahasa asing. Nababan, menyebutkan bahwa penggunaannya telah berlangsung sekitar abad ke-15 ketika para pemuda Romawi diberi pelajaran bahasa Yunani oleh guru-guru bahasa dari Yunani. Namun penggunaan metode langsung pada waktu itu tidak benar-benar sebagai metode langsung. Kelangsungannya dapat dikatakan tidak murni seratus persen. Sebab dalam beberapa hal masih menggunakan bahasa ibu dan kedua. Baru mulai tahun 1920-an beberapa ahli pengajaran yang secara terpisah menggunakan metode langsung secara murni dan sistematis.[19]
c.    Prinsip-prinsip Metode Langsung
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah. Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar.
Metode langsung dalam pengajaran bahasa adalah metode yang didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)   Tujuan pengajaran yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasan lisan.
2)   Untuk menjaga hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi, maka pemakaian bahasa lain sebagai perantara tidak dilakukan.
3)   Penguasaan struktur dan pemakaian bahasa diajarkan secara induktif.
4)   Jumlah waktu yang terbanyak diberikan untuk latihan-latihan berbahasa lisan.
5)   Dalam kelas diciptakan suasana belajar yang menguntungkan.
6)   Minat belajar pembelajar harus ditimbulkan dalam pelajaran itu sendiri. [20]
d.   Ciri-ciri Metode Langsung
Ciri-ciri metode ini adalah sebagai berikut:
1)   Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari.
2)   Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara menghafalkan kaidah-kaidah tata bahasa.
3)   Arti yang kongkrit diajarkan dengan menggunakan benda-benda sedangkan arti yang abstrak melalui asosiasi.
4)   Banyak latihan-latihan mendengarkan dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasan bahasa secara otomatis.
5)   Aktivitas banyak dilakukan di kelas.
6)   Bacaan mula-mula diberikan secara lisan.
7)   Sejak permulaan pelajar dilatih untuk berfikir dalam bahasa Asing.[21]
e.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Langsung
1)   Kelebihan Metode Langsung
a)    Dengan kedisiplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara.
b)   Dengan banyaknya peragaan/demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di alam nyata para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
c)    Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki lafal yang relatif lebih mendekati penutur asli.
d)   Para pelajar mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya topik-topik yang sudah dilatih dalam kelas.[22]
2)   Kekurangan Metode Langsung
a)    Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak.
b)   Metode ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
c)    Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
d)   Metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan.
e)    Kesalahan penafsiran makna dalam bahasa asing yang dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan yang keluar dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari pelajar.[23]
f.     Contoh Pembelajaran Bahasa Arab menggunakan Metode Langsung
Pertama, guru membuka pelajaran dengan langsung berbicara bahasa arab, mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa arab, demikian guru meneruskan pertanyaan- pertanyaan dan sesekali memberi perintah.
Kedua, pelajaran berkembang di seputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufrodat. Berbagai objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang dalam gambar. Guru mendemonstrasikan konsep yang belum jelas dengan cara mengulang-ngulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
Ketiga, setelah mufrodat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara yang keras. Guru memberi contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dalam bahasa arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan singkat dengan bahasa arab dan siswa mencatat.
Keempat, pelajaran bisa diakhiri dengan menyanyi bersama. Dan dilanjutkan salam.
3.    Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Arab
a.    Pengertian Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan mereka. Pengertian ini merupakan pengertian dari definisi yang dikemukakan Al-Ghalayani:
اللغة العربية هي الكلمات الّتي يعبّر بها العرب عن أغراضهم[24]
Artinya: Bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang digunakan bangsa Arab                         untuk mengungkapkan sesuatu yang dimaksud.

b.    Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Tujuan belajar bahasa Arab di sekolah, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tujuan, yaitu:
1)   Tujuan Strategis Filosofis
Tujuan strategis filosofis dapat dijabarkan sebagai salah satu alat untuk membina kebudayaan Indonesia, dan mendukung pembangunan nasional.[25] Dalam membina kebudayaan peran bahasa Arab didasarkan pada kenyataan, bahwa bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Sedangkan agama Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Arab. Hal ini dikarenakan dasar pokok ajaran Islam, yaitu Alquran dan Hadis menggunakan bahasa Arab.
2)   Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler dalam pengajaran bahasa Arab adalah agar siswa dapat menguasai perbendaharaan bahasa Arab yang berhubungan dengan kehidupan beragama dan kemasyarakatan.[26]
c.    Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Arab (Maharatul Kalam)
Keterampilan berbicara (Maharatul Kalam) adalah kemampuan pengucapan suara Arab dengan pengucapan yang baik sehingga suara tersebut sesuai dengan makhrojnya yang telah ditetapkan oleh para ahli.[27]
Dapat penulis pahami bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran kepada seseorang secara lisan dengan aturan kebahasaan tertentu.
4.    Peningkatan keterampilan berbicara melalui penerapan Metode Langsung pada pelajaran Bahasa Arab
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk medorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.[28]
Untuk menciptakan kemampuan berbahasa diperlukan suatu sistem pembelajaran yang bisa mengarahkan kepada siswa untuk mempraktekkan langsung bahasa Arab. Metode pembelajaran yang mengarahkan siswa mempraktekkan bahasa Arab adalah metode langsung/direct method. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung akan memberikan keterampilan kepada siswa untuk mendengar dan mengungkapkan (ta’bir) keinginan dengan menggunakan bahasa Arab.
Berpijak dari teori di atas, pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung akan dapat memberikan keterampilan kepada siswa dalam menggunakan bahasa Arab, baik secara lisan maupun tulisan.
5.    Hipotesis Tindakan
Penerapan Metode Langsung (Direct Method) dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa (Maharatul Kalam) kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati dalam pembelajaran Bahasa Arab. 
G.    Metode Penelitian
1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan yakni pendekatan campuran, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif, karena peneliti ingin mendeskripsikan Metode Langsung dan menerapkannya dalam pembelajaran bahasa Arab di SMA Wahid Hasyim Pati dengan keterkaitan dari latar belakang. Sedangkan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) CAR.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.[29]
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka harus secara jelas diketahui peranan dan tugas yang harus dilakukan antara guru dengan peneliti.[30]
Namun, dalam penelitian ini, guru berperan sebagai praktisi pembelajaran sekaligus sebagai peneliti. Menurut Suharsimi (2002), dalam keadaan seperti ini, guru melakukan sendiri pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan. Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar, tidak harus ditutup-tutupi.[31]
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas, sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.[32]
2.    Lokasi dan Waktu Penelitian
a.    Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan kurangnya keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Arab sehingga penulis ingin meningkatkan keterampilan tersebut melalui penerapan metode yang efektif dan efisien.
b.    Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Oktober – November 2014.  Pemilihan waktu penelitian ini disesuaikan dengan jadwal dan program semester yang digunakan di sekolah yang bersangkutan.
3.    Subyek Penelitian
Subyek penelitian yakni siswa kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati semester gasal tahun pelajaran 2014-2015. Siswa di kelas ini berjumlah 22 siswa terdiri dari 9 siswa putra dan 13 siswa putri yang memiliki kemampuan atau kecerdasan yang bervariasi. Pemilihan kelas XII IPS sebagai subyek penelitian ini dikarenakan siswa kelas ini masih banyak yang belum mampu mencapai nilai ketuntasan minimal.
4.    Prosedur Penelitian
Secara garis besar dalam Penelitian Tindakan terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi.[33] Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Description: Description: Description: Description: F:\Model PTK.jpg
a.    Tahap 1, Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam penelitian ini pihak yang melakukan tindakan dan melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti sekaligus sebagai guru pengajar, ketika sedang mengajar dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti.
Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
b.    Tahap 2, Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumusan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar tidak dibuat-buat.
c.    Tahap 3, Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat sekaligus sebagai guru. Guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demo apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus perbaikan.
d.   Tahap 4, Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan.
Adapun rencana tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Penyusunan instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dibuat oleh peneliti/guru mata pelajaran bahasa Arab.
b.    Skenario Tindakan
1)   Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti memilih metode pembelajaran, metode yang peneliti gunakan adalah Metode Langsung (Direct Method).
Peneliti melakukan kegiatan pra tindakan (observasi) pada tanggal 30 Oktober 2014 untuk mengetahui kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung. Selanjutnya peneliti melakukan persiapan dan perencanaan pelaksanaan tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus, yang dimulai pada bulan Oktober 2014. Adapun persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan tindakan Siklus I, diantaranya:
a)    Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakan Metode Langsung (Direct Method) yang dapat menciptakan suasana menyenangkan bagi para siswa.
b)   Membuat instrument pengamatan untuk mengamati proses pembelajaran yang terdiri dari:
(1)     Soal pre test dan post test.
(2)     Lembar observasi siswa untuk mengetahui keterampilan siswa (maharatul kalam) dalam proses pembelajaran.
(3)     Menyiapkan media pembelajaran yang akan diperlukan dalam rencana tindakan. 
2)   Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Metode Langsung (Direct Method) sebagai upaya peningkatan keterampilan berbahasa Arab sekaligus sebagai pengamat (observer).
a)    Pengamatan (observasi)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data dengan mengamati setiap tindakan yang dilaksanakan yang meliputi: Aktivitas guru, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung.
b)   Refleksi
Data yang diproleh berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, dijadikan sebagai pertimbangan untuk melangkah pada siklus selanjutnya.
5.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas guru merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Penelitian ini adalah bersifat campuran, yang mana tugas seorang guru adalah sebagai peneliti sekaligus sebagai pelaksana.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat macam tehnik pengumpulan data yaitu tes, wawancara, dokumentasi dan observasi.
a.    Tes
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee.[34]
Tes yang akan peneliti gunakan adalah pre test dan post test berupa test formatif, tes awal (pre-test) secara tertulis untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para siswa, tes akhir (post-test) guna mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Isi dan meteri tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada siswa.
b.    Wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi, rekonstruksi, dan proyeksi yang telah didapat sebelumnya. Metode ini ditujukan kepada beberapa siswa untuk mengetahui bagaimana dengan adanya penerapan Metode Langsung (Direct Method) dalam pembelajaran bahasa Arab, adakah perkembangan dalam diri mereka pada penggunaan bahasa Arab khususnya keterampilan al-kalam. 
c.    Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang berhubungan tentang keadaan guru, keadaan siswa, karyawan, sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
d.   Observasi
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[35]
Adapun isi dalam lembar observasi adalah tentang proses pembelajaran ketika berlangsung di kelas, bagaimana guru dan siswa sedang berinteraksi langsung, dari kegiatan pertama sampai kegiatan akhir. Selain itu juga mencatat aktifitas dan sejauh mana perkembangan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
6.    Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif, yakni data yang mengasumsikan realita sebagai sesuatu yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda dan juga fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984). Analisis model interaktif ini, terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. [36] Yang dimaksud reduksi data adalah proses pemilihan dan pemilahan data kasar dari hasil catatan-catatan tertulis tentang lokasi penelitian. Penyajian data merupakan paparan hasil penelitian dalam bentuk narasi. Sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi didasarkan pada berbagai analisis baik melalui hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang diproses terus menerus.
 Analisis data kuantitatif disini untuk mengetahui peningkatan kemahiran siswa dalam pembelajaran berbicara yang dilihat dari hasil post test. Skripsi ini hanya menggunakan statistik sederhana untuk membantu mengungkap data sebagai upaya memperoleh data atau informasi yang lengkap. Rumus yang digunakan adalah:
M =
Keterangan:           M = Nilai rata-rata yang ingin diketahui
X  = Nilai yang diperoleh responden
N  = Jumlah responden

Sedangkan untuk data dari hasil pengamatan, dilakukan dengan proses stabulasi dalam bentuk prosentase untuk mengorganisasikan data. Untuk data berbentuk angka tersebut setelah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel prosentase.
H.    Indikator Keberhasilan
Keberhasilan akan tercapai apabila seorang siswa mampu dan menguasai materi dengan baik. Sebagai indikator utama keberhasilan penelitian adalah:
1.        Tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Arab kelas XII IPS semester 1 sesuai yang diharapkan, yaitu minimal mencapai tingkat ketuntasan 85%. Artinya 85% nilai bahasa Arab siswa kelas XII telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70).
2.        Nilai rata-rata kelas minimal mencapai 75. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata kelas XII pada mata pelajaran bahasa Arab setelah dilaksanakan tindakan mencapai nilai 75.
I.       Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi agar lebih sistematis dan terfokus pada satu pemikiran, maka dalam pembahasan terperinci sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang ditempatkan pada tahap pertama. Dalam pendahuluan dipaparkan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Bab kedua, terdiri dari telaah pustaka, berisi tentang tinjauan umum dan deskripsi tentang penelitian sebelumnya yang sejenis. Diteruskan dengan landasan teori dan hipotesis tindakan, yaitu sebagai cara pandang dan dasar acuan terhadap penelitian yang akan dilakukan, serta menentukan jawaban sementara.
Bab ketiga, terdiri dari metodologi penelitian, metode ini dimaksudkan sebagai langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengambilan data dan penganalisisan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab keempat, merupakan bab terakhir dalam pembahasan yang memuat tentang gambaran umum tentang SMA Wahid Hasyim Pati yang menguraikan tentang letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses perkembangan, struktur organisasi, keadaan siswa dan karyawan dan keadaan sarana prasarana dan berisi tentang laporan hasil penelitan tindakan kelas.
Bab kelima adalah bab terakhir sebagai penutup. Dalam hal ini terbagi menjadi dua sub bab, pertama, simpulan dari semua pembahasan yang telah diuraikan, selanjutnya kritik dan saran yang dianggap perlu. Kemudian di bagian akhir terdapat daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan penelitian, serta curriculum vitae.
J.      Daftar Pustaka
al Ghalayain, Musthofa, Jami’ ad Durus al ‘Arobiyah. (Beirut: Asy’ariyah, 1973).

Annaqah, Mahmud Kamil, Ta’lim Allugoh al’Arobiyah, (Madinah: Jami’ah Ummul Quro, 1985).

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

Hermawan, Cecep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011).

Juwairiyah, Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992).

Malibary, Akrom, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN, (Jakarta, 1976).

Matthew B, Miles.  dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, diterjemahkan dari Qualitative Data Analiysis, penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992).

Munip, Abdul, Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, dalam Al-‘arabiyah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol.1 No.2 Januari 2005.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007).

Sumardi, Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi, (Jakarta: Kramat Kwitang, 1974).

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Imtima, 2007).

Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab. (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama Depag, 2003).

Tim Penyusun KBK Bahasa Arab MA, Kurikulum dan Hasil Belajar, (Jakarta: Depag RI, 2003).

Usman, Basyiruddin dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama, 2012).

Yusuf, Tayar & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).

Zaenuddin, Radliah, dkk. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group, 2005).

Mamduh, Peningkatan kemampuan menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa kelas VII semester ganjil MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).

Nafisatur Rohmah, “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Siswa di MTs Miftahul Falah Puncel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).

Sri Hidayati, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling Learning Method) di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso pati Tahun pelajaran 2011/2012. Skripsi, (STAI Pati, 2012).

http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html diakses tanggal 30 Agustus 2014.



[1] Abdul Munip, Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, dalam Al-‘arabiyah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol.1 No.2 Januari 2005, 1.
[2] Radliah Zaenuddin, dkk. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cirebon: Pustaka Rihlah Group, 2005), 10.
[3] Radliah Zaenuddin, 17-18.
[4] Bahasa Arab Fusha ialah bahasa yang dipergunakan oleh para sastrawan Arab, dipakai dalam berbagai majalah, surat kabar, seminar, konferensi dan dalam forum-forum resmi, implisit dalam Alquran dan Hadis.
[5] Abdul Munip, 54.
[6] http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html diakses tanggal 30 Agustus 2014.
[7] Radliah Zaenuddin, dkk, 21-22.
[8] M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran. (Jakarta: Delia Citra Utama, 2012), 1.
[9] Akrom Malibary, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN, (Jakarta, 1976), 19.
[10] Cecep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), 183.
[11] Nafisatur Rohmah, “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Siswa di MTs Miftahul Falah Puncel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[12] Mamduh, Peningkatan kemampuan menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa kelas VII semester ganjil MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[13] Sri Hidayati, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling Learning Method) di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso pati Tahun pelajaran 2011/2012. Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[14] Radliah Zaenuddin, dkk, 31.
[15] Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi, (Jakarta: Kramat Kwitang, 1974), 12.
[16] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 136-137.
[17] Tayar Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 152-153.
[18] Acep Hermawan, 175.
[19] Acep Hermawan, 176.
[20] Dahlan Juwairiyah, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 110.
[21] Makrom Malibary, 97.
[22] Acep Hermawan, 182-183.
[23] Acep Hermawan, 183.
[24] Musthofa al Ghalayain, Jami’ ad Durus al ‘Arobiyah. (Beirut: Asy’ariyah, 1973), 7
[25] Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab. (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama Depag), 118.
[26] Tim Penyusun KBK Bahasa Arab MA, Kurikulum dan Hasil Belajar, (Jakarta: Depag RI, 2003), 2.
[27] Mahmud Kamil Annaqah, Ta’lim Allugoh al’Arobiyah, .(Madinah: Jami’ah Ummul Quro, 1985), 151.
[28] Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Imtima, 2007), 116.
[29] Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 3.
[30] Suharsimi Arikunto,
[31] Suharsimi Arikunto, 64.
[32] Suharsimi Arikunto, 60.
[33] Suharsimi Arikunto, 16.
[34] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 67.
[35] Anas Sudijono, 76.
[36] Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, diterjemahkan dari Qualitative Data Analiysis, penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), 16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar