PENERAPAN
METODE LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB DI KELAS
XII IPS SMA WAHID HASYIM PATI TAHUN PELAJARAN 2014/2015
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa Arab sebagai bahasa Asing di
Indonesia menduduki posisi yang strategis terutama bagi umat Islam Indonesia.
Hal ini bukan saja karena bahasa Arab digunakan dalam ritual keagamaan seperti
shalat, khutbah jum’at, dalam berdo’a dan lain-lainnya, tetapi juga menjadi
bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa pergaulan Internasional.[1]
Pengetahuan tentang karakteristik
bahasa Arab merupakan tuntutan yang selayaknya dipahami oleh para pengajar
bahasa Arab, karena pemahaman akan diskursus tersebut akan memudahkan mereka
dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Namun hendaknya dicermati
lebih lanjut, bahwa karakteristik bahasa arab tidaklah identik dengan kesulitannya, karena
dengan memiliki pemahaman tentangnya setidaknya tersingkap kelebihan yang ada
pada tubuh bahasa Arab dan menjadi aspek kemudahan yang merupakan jalan bagi
yang mempelajarinya.[2]
Ironi adalah
sebuah kata yang meski sangat riskan dipergunakan, namun dalam kondisi
pembelajaran bahasa Arab dewasa ini patut untuk dikedepankan. Hal ini dikarenakan
kompleksitas permasalahan yang bergayut dalam prosesi pembelajaran bahasa Arab,
khususnya bila dihadapkan dengan idealita bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan bahasa umat Islam secara keseluruhan. Dikatakan demikian
karena dipahami, bahwa Alquran tidak dapat dipisahkan
dari medium ekspresi linguistiknya, untuk itu secara makro dapat dikatakan pula, bahwa
bahasa Arab adalah
bahasa umat Islam,
alat komunikasi dan informasi antar umat Islam dan juga merupakan
alat komunikasi manusia beriman
dengan Allah yang terwujud dalam bentuk ritual
ibadah seluruh umat Islam.
Idealita entitas bahasa Arab di
atas ternyata tidaklah disertai dengan realitas pembelajarannya
di negeri tercinta, Indonesia. Kemampuan berbahasa Arab yang telah diyakini
sebagai syarat bagi setiap individu yang melakukan kajian keilmuan secara umum dan
kajian Islam secara khusus,
ternyata sampai saat ini sangatlah
tidak menggembirakan. Bahasa Arab tampak tertinggal jauh di belakang, baik dari segi metode, interest
pelajarnya, maupun dari substansi kajiannya.[3]
Pelajaran bahasa Arab di tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) merupakan
mata pelajaran yang mengambangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan
untuk memahami dan membina kemampuan berbahasa Arab Fusha[4] serta mengungkapkan informasi, pikiran,
perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama, pengetahuan umum dan sosial
budaya. Pelajaran bahasa Arab ini berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu
pengetahuan, disamping sebagai alat komunikasi.[5]
Kenyataan yang
dihadapi bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah/sekolah-sekolah
dan perguruan tinggi di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala dan
tantangan. Kendala atau
tantangan tersebut paling tidak dapat terlihat salah satunya dari segi
edukatif. Pengajaran bahasa Arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor
pendidikan yang memadai. Faktor-faktor disini diantarnya faktor kurikulum
(termasuk di dalamnya orientasi dan tujuan, materi dan metodologi pengajaran
serta sistem evaluasi), tenaga edukatif, sarana dan prasarana.[6]
Pengajaran
bahasa Arab yang selama ini berjalan di berbagai madrasah /sekolah pada umumnya
masih menitik beratkan kepada Metode Gramatika dan Terjemah (Nahwu wa Tarjamah) dan masih relatif
kurang sangat ditopang oleh faktor-faktor pendidikan pengajaran yang memadai. Tidak dipungkiri bahwa kurikulum memegang
peranan penting bagi perjalanan sebuah proses belajar mengajar.
Namun
demikian, kurikulum yang selama ini diformat oleh para pemegang kebijakan,
pendidikan bahasa Arab seringkali dinilai kurang produktif, terlalu gemuk
dengan materi dan tidak terorientasi dengan kompetensi akhir yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Saratnya materi yang harus dipasok ke dalam
sel-sel otak peserta didik, memotifasi para pengajar untuk hanya bertugas
sebagai penyampai pokok bahasan, sehingga daya kreasi pengajar tumpul dalam
mengadakan pengayaan strategi pengajaran. Pembelajaran Bahasa Arab yang
diselenggarakan pada gilirannya kemudian hanyalah berpola untuk memindahkan isi
(content transmission) dari pengajar ke peserta didik. Hal ini tentu saja membuat proses belajar
mengajar menjadi bersifat monoton, satu arah dari pengajar ke peserta ajar (one
way communication), tidak diarahkan ke partisipatori total peserta didik.
Dan akhirnya, pola pengajaran menjadi sangat monolog dan menjemukan.[7]
Masalah pendidikan dan pengajaran
merupakan masalah yang sangat kompleks dimana banyak faktor yang ikut
mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah guru. Guru merupakan
komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena
keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh
faktor guru.[8]
Sebagai
pengajar bahasa Arab yang baik seyogyanya mengetahui dengan pasti tujuan yang
hendak dicapai oleh pengajaran bahasa itu, mengetahui apa yang hendak di
ajarkan untuk mencapai tujuan itu, dan mengetahui bagaimana membawakannya di
depan kelas sehingga tujuan itu bisa tercapai pada waktu yang telah di tentukan
dalam kurikulum, dan mengetahui pula kapan masing-masing tahapan diajarkan. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran bahasa
Arab akan menentukan materi yang harus diajarkan, dan menentukan pula sistem
dan metode yang hendak dipergunakan. Di samping itu, hal
lain yang harus dipertimbangkan dan diprioritaskan dalam pengajaran adalah
faktor keterampilan bahasa.[9]
SMA Wahid Hasyim Pati adalah salah
satu sekolah tingkat menengah atas yang mengajarkan bahasa Arab sebagai salah
satu mata pelajaran agama, namun beberapa siswa masih sangat kesulitan dalam
merealisasikan tujuan pembelajaran. Kebanyakan siswa masih belum mampu
menafsirkan arti kata baru, sehingga siswa kesulitan untuk menyusun kata-kata
menjadi kalimat dengan menggunakan bahasa Arab. Selain itu, masih banyak siswa
yang belum mampu mengucapkan hiwar
(percakapan) dengan intonasi yang baik dan benar.
Berdasarkan
uraian tersebut menunjukkan tentang pentingnya penggunaan metode yang tepat
dalam pembelajaran. Sebagai salah satu metode pembelajaran bahasa Arab,
penerapan Metode Langsung (Direct Method) akan mampu menumbuhkan aktivitas mandiri dalam mengikuti
proses belajar mengajar Bahasa Arab. Metode ini akan mampu menghasilkan suasana
yang sehat dan mengurangi rasa rendah diri pada siswa yang lambat belajar.
Selain itu kelebihan yang dimiliki dari penerapan Metode Langsung adalah akan
mampu memacu kemampuan siswa dalam menerapkan pola-pola komunikasi dengan
bahasa Arab yang dipelajarinya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan berbicara bahasa Arab.[10]
Berangkat dari
pentingnya pembinaan dan pengembangan keterampilan bahasa Arab, maka penulis ingin melaksanakan penelitian yang
berjudul, “Penerapan Metode Langsung dalam meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa
Arab di Kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati Tahun Pelajaran 2014/2015”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan
utama yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: “Apakah penerapan Metode Langsung/Direct Method dapat meningkatkan keterampilan
berbicara Bahasa Arab di kelas XII IPS
SMA Wahid Hasyim Pati Tahun Pelajaran 2014/2015?”
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab melalui penerapan Metode Langsung (Direct
Method) dalam proses pembelajaran Bahasa Arab di SMA Wahid Hasyim Pati.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Siswa
a.
Siswa mampu menggunakan
bahasa Arab dengan aktif dalam percakapan sehari-hari.
b.
Siswa mampu memahami
Bahasa Arab cepat dengan menggunakan Metode Langsung (Direct Method).
2.
Bagi Guru
a.
Meningkatkan daya kreasi
guru dalam mengadakan pengayaan metode pembelajaran khususnya bahasa Arab.
b.
Memberikan motivasi guru
untuk membina dan mengembangkan keterampilan berbahasa Arab.
3.
Bagi Sekolah
Dari penelitian ini dapat memberikan inspirasi dan masukan untuk
peningkatan dan pengembangan pembelajaran langsung di Madrasah/Sekolah.
E.
Telaah Pustaka
Dalam hal ini, peneliti lebih menekankan kepada telaah
penelitian sebelumnya yang merupakan ulasan yang mengarah kepada pembahasan
skripsi periode sebelumnya yang sejenis, sehingga akan diketahui titik
perbedaan yang jelas.
Pertama, Skripsi Nafisatur Rohmah,
mahasiswa STAI Pati tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan
Berbahasa Arab Siswa di MTs Miftahul Falah Puncel Dukuhseti Pati Tahun
Pelajaran 2012/2013.”[11]
Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa penerapan metode Mubasyarah memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berbahasa
Arab yaitu pada signifikan 5%. Hal ini terbukti dengan nilai rhitung = 0,227 berada
diatas rtabel 1% = 0,296. Hal tersebut berarti penerapan metode Mubasyarah
pada pelajaran Bahasa Arab memberikan kontribusi sebesar 48,70% terhadap
kemampuan berbahasa siswa.
Skripsi di
atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu dari
aspek mata pelajarannya yaitu Bahasa Arab dan metode pembelajarannya sama-sama menekankan pada
aspek psikomotorik. Namun aspek yang diteliti memiliki perbedaan. Penulis mencoba menggunakan
Metode Langsung dalam meningkatkan aspek keterampilan berbicara (Maharatul
Kalam), sedangkan penelitian diatas menggunakan Metode Mubasyarah untuk
mengetahui pengaruh Metode Mubasyarah terhadap kemampuan berbahasa siswa dalam
pembelajaran Bahasa Arab.
Kedua, Skripsi Mamduh, Mahasiswa STAI Pati
tahun 2012 dengan judul ”Peningkatan kemampuan menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa
kelas VII semester ganjil MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati
Tahun Pelajaran 2011/2012.” Hasil penelitiannya yaitu nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada
mata pelajaran Bahasa Arab dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai
ketuntasan belajar Bahasa Arab sebesar 80,56%, dan siklus II mencapai nilai ketuntasan sebesar 94,44%.[12]
Penelitian
yang dilakukan oleh Mamduh mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mata pelajaran Bahasa
Arab dan jenis penelitiannya, yakni penelitian tindakan kelas. Sedangkan
perbedaannya terletak pada aspek yang diteliti dan penggunaan metode pembelajaran, aspek yang diteliti penulis adalah aspek keterampilan berbicara (maharatul
kalam), sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah Metode Langsung/Direct Method.
Ketiga, skripsi Sri Hidayati, Mahasiswa STAI Pati
tahun 2012, dengan judul: ”Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling
Learning Method) di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso Pati Tahun Pelajaran
2011/2012.” Dalam skripsi disimpulkan
bahwa metode CLM (Counseling Learning Method) dapat meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Bahasa Arab di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor
Margoyoso Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Nilai rata-rata ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Arab dari siklus I sampai
siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai ketuntasan belajar Bahasa Arab sebesar 72,41%, dan siklus II mencapai
nilai ketuntasan sebesar 93,10%.[13]
Penelitian
yang dilakukan oleh Sri Hidayati mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mata pelajaran Bahasa
Arab dan jenis penelitiannya, yakni penelitian tindakan kelas. Sedangkan perbedaannya
terletak pada penggunaan metode pembelajaran dan aspek penelitiannya, yaitu metode CLM (Counceling Learning Method) untuk
meningkatkan hasil belajar sedangkan metode yang digunakan peneliti
adalah Metode Langsung untuk meningkatkan
keterampilan berbicara (Maharatul
Kalam)..
Dari tinjauan penelitian tiga
skripsi diatas, skripsi pertama, skripsi kedua dan skripsi ketiga dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran baru dalam pembelajaran Bahasa Arab seperti; Metode Mubasyarah, Metode Imla’, serta Metode Pembelajaran
CLM (Counseling Learning Method) memberikan kontribusi yang besar terhadap
peningkatan hasil belajar. Pengabungan dari ketiga komponen diatas, peneliti menerapkan
sebuah metode pengajaran bernama Metode Langsung (Direct Method), sehingga penelitian ini
mengandung unsur kebaruan dan layak untuk diteliti.
F.
Landasan Teori dan Hipotesis
1.
Metode Pengajaran Bahasa
Method, yang dalam Bahasa Arab disebut Thariqah,
adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara
teratur, dimana tidak ada satu bagiannya yang bertentangan dengan
bagian yang lain dan kesemuanya berdasarkan atas approach (pendekatan)
yang telah ditentukan. Jika approach bersifat axiomatic, metode
bersifat prosedural. Sehingga dalam satu pendekatan
bisa saja terdapat beberapa metode. Misalnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penyajian materi pelajaran diantaranya latar belakang bahasa murid, dan bahasa Asing yang dipelajarinya
sehingga mengakibatkan perbedaan metodologis.[14]
Pengajaran
bahasa Arab untuk orang Indonesia misalnya, akan berbeda secara metodoligis
dengan pengajaran bahasa Arab untuk orang Inggris. Umur murid, latar belakang
sosio-kultural, pengalamanya dengan bahasa Arab atau bahasa Asing lainnya
sebelumnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi metode. Dalam
pembelajaran memilih suatu metode, bisa terjadi beberapa metode didasarkan atas
approach yang sama.[15]
Disamping itu,
tujuan dari program bahasa yang diberikan, apakah tujuannya untuk membaca,
kemahiran bercakap-cakap, kemahiran menerjemahkan dan lain-lain.
Kesemuanya akan membentuk dan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang
dianggap tepat sasaran berdasarkan tujuan, yakni pembelajaran aktif berpusat pada siswa.
Metode apa pun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap
prinsip-prinsip KBM, diantaranya:
a.
Berpusat pada anak didik (student oriented)
Guru harus
memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua
orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar. Satu kesalahan jika guru
memperlakukan mereka secara sama. Gaya belajar (learning style) anak
didik harus diperhatikan.
b.
Belajar dengan melakukan (learning by doing)
Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan
kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia
memperoleh pengalaman nyata.
c.
Mengembangkan kemampuan sosial
Proses
pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan,
juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to life together).
d.
Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
Proses
pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik
juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan
kreatif.
e.
Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah
Proses
pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang
kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban terhadap setiap
masalah yang dihadapi anak didik.[16]
2.
Metode Langsung (Direct
Method)
a.
Pengertian Metode Langsung (Direct
Method)
Direct Method yaitu berasal dari kata Direct yang
artinya langsung. Direct method atau model langsung yaitu suatu cara
mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung menggunakan
bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa
anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit
dimengerti oleh anak didik, maka guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat
peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.[17]
Metode ini berpijak
dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar
ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal
rumus-rumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa,
siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau
kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut mula-mula
masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata
dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Demikian
halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan bahasa kepada anak-anaknya
langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat
per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun masih terihat lucu. Misalnya
ibunya mengajari “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan seterusnya. Namun
lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula
maksudnya.
b.
Sejarah Munculnya Metode Langsung
Metode
langsung dikembangkan oleh Charles Berlitz, seorang ahli dalam
pengajaran bahasa di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor kemunculannya
dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode tata bahasa
dan tarjamah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan metode
pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi ditengah
kepopulerannya muncul banyak ketidak puasan di banyak kalangan, sehingga
muncullah kritik bahkan penolakan terhadap metode ini.[18]
Meskipun
metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah,
namun orang-orang telah lebih dulu menggunakannya dalam mengajarkan bahasa
asing. Nababan, menyebutkan bahwa penggunaannya telah berlangsung sekitar abad
ke-15 ketika para pemuda Romawi diberi pelajaran bahasa Yunani oleh guru-guru
bahasa dari Yunani. Namun penggunaan metode langsung pada waktu itu tidak
benar-benar sebagai metode langsung. Kelangsungannya dapat dikatakan tidak
murni seratus persen. Sebab dalam beberapa hal masih menggunakan bahasa ibu dan
kedua. Baru mulai tahun 1920-an beberapa ahli pengajaran yang secara terpisah
menggunakan metode langsung secara murni dan sistematis.[19]
c.
Prinsip-prinsip Metode
Langsung
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus
antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun
menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun
menerjemah. Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode
langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan
menekankan pada aspek penuturan yang benar.
Metode langsung dalam pengajaran bahasa adalah metode yang didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)
Tujuan pengajaran yang ingin dicapai adalah penguasaan dan
pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung
antara pengalaman dan ekspresi. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasan lisan.
2)
Untuk menjaga hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi,
maka pemakaian bahasa lain sebagai perantara tidak dilakukan.
3)
Penguasaan struktur dan pemakaian bahasa diajarkan secara induktif.
4)
Jumlah waktu yang terbanyak diberikan untuk latihan-latihan
berbahasa lisan.
5)
Dalam kelas diciptakan suasana belajar yang menguntungkan.
6)
Minat belajar pembelajar harus ditimbulkan dalam pelajaran itu
sendiri. [20]
d.
Ciri-ciri Metode Langsung
Ciri-ciri metode ini adalah sebagai berikut:
1)
Materi pelajaran terdiri
dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari.
2)
Gramatika diajarkan
dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara
menghafalkan kaidah-kaidah tata bahasa.
3)
Arti yang kongkrit
diajarkan dengan menggunakan benda-benda sedangkan arti yang abstrak melalui
asosiasi.
4)
Banyak latihan-latihan
mendengarkan dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasan bahasa
secara otomatis.
5)
Aktivitas banyak
dilakukan di kelas.
6)
Bacaan mula-mula
diberikan secara lisan.
7)
Sejak permulaan pelajar
dilatih untuk berfikir dalam bahasa Asing.[21]
e.
Kelebihan dan Kekurangan
Metode Langsung
1)
Kelebihan Metode Langsung
a)
Dengan kedisiplinan
mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para pelajar bisa
terampil dalam menyimak dan berbicara.
b)
Dengan banyaknya
peragaan/demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di alam nyata
para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
c)
Dengan banyak latihan
pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki lafal
yang relatif lebih mendekati penutur asli.
d)
Para pelajar mendapat
banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya topik-topik yang sudah dilatih
dalam kelas.[22]
2)
Kekurangan Metode
Langsung
a)
Metode ini memiliki
prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah
pelajarnya tidak banyak.
b)
Metode ini menuntut para
guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
c)
Metode ini mengandalkan
kemahiran guru dalam menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
d)
Metode ini menghindari
penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan.
e)
Kesalahan penafsiran
makna dalam bahasa asing yang dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan
yang keluar dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang
keluar dari pelajar.[23]
f.
Contoh Pembelajaran
Bahasa Arab menggunakan Metode Langsung
Pertama, guru membuka
pelajaran dengan langsung berbicara bahasa arab, mengucapkan salam dan bertanya
mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan bahasa arab,
demikian guru meneruskan pertanyaan- pertanyaan dan sesekali memberi perintah.
Kedua, pelajaran
berkembang di seputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan
mufrodat. Berbagai objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang
dalam gambar. Guru mendemonstrasikan konsep yang belum jelas dengan cara
mengulang-ngulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi
kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri
sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
Ketiga, setelah
mufrodat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca teks bacaan
mengenai tema yang sama dengan suara yang keras. Guru memberi contoh kalimat
yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti
pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan
mengajukan pertanyaan dalam bahasa arab dan harus dijawab oleh siswa dengan
bahasa arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan
singkat dengan bahasa arab dan siswa mencatat.
Keempat, pelajaran bisa diakhiri dengan menyanyi
bersama. Dan dilanjutkan salam.
3.
Karakteristik Mata
Pelajaran Bahasa Arab
a.
Pengertian Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan
maksud dan tujuan mereka. Pengertian ini merupakan pengertian dari definisi
yang dikemukakan Al-Ghalayani:
اللغة العربية هي الكلمات الّتي يعبّر بها العرب عن أغراضهم[24]
Artinya: Bahasa Arab adalah kalimat-kalimat yang
digunakan bangsa Arab untuk
mengungkapkan sesuatu yang dimaksud.
b.
Tujuan Pembelajaran
Bahasa Arab
Tujuan belajar
bahasa Arab di sekolah, dapat dibedakan menjadi 2 (dua) tujuan, yaitu:
1)
Tujuan Strategis Filosofis
Tujuan
strategis filosofis dapat dijabarkan sebagai salah satu alat untuk membina
kebudayaan Indonesia, dan mendukung pembangunan nasional.[25]
Dalam membina kebudayaan peran bahasa Arab didasarkan pada kenyataan, bahwa
bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam. Sedangkan agama Islam sendiri tidak
dapat dipisahkan dengan bahasa Arab. Hal ini dikarenakan dasar pokok ajaran
Islam, yaitu Alquran dan Hadis menggunakan bahasa Arab.
2)
Tujuan Kurikuler
Tujuan
kurikuler dalam pengajaran bahasa Arab adalah agar siswa dapat menguasai
perbendaharaan bahasa Arab yang berhubungan dengan kehidupan beragama dan
kemasyarakatan.[26]
c.
Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Arab (Maharatul
Kalam)
Keterampilan berbicara (Maharatul Kalam) adalah
kemampuan pengucapan suara Arab dengan pengucapan yang baik sehingga suara
tersebut sesuai dengan makhrojnya yang telah ditetapkan oleh para ahli.[27]
Dapat penulis pahami bahwa keterampilan berbicara
adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran kepada seseorang secara
lisan dengan aturan kebahasaan tertentu.
4.
Peningkatan keterampilan
berbicara melalui penerapan Metode Langsung pada pelajaran Bahasa Arab
Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan
untuk medorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan serta
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik kemampuan menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tertulis.[28]
Untuk menciptakan kemampuan berbahasa diperlukan suatu sistem pembelajaran
yang bisa mengarahkan kepada siswa untuk mempraktekkan langsung bahasa Arab.
Metode pembelajaran yang mengarahkan siswa mempraktekkan bahasa Arab adalah
metode langsung/direct method. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab
dengan menggunakan metode langsung akan memberikan keterampilan kepada siswa
untuk mendengar dan mengungkapkan (ta’bir) keinginan dengan menggunakan
bahasa Arab.
Berpijak dari teori di atas, pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan
metode langsung akan dapat memberikan keterampilan kepada siswa dalam
menggunakan bahasa Arab, baik secara lisan maupun tulisan.
5. Hipotesis Tindakan
Penerapan Metode Langsung (Direct Method) dapat meningkatkan keterampilan berbicara
bahasa Arab siswa (Maharatul Kalam) kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati dalam pembelajaran
Bahasa Arab.
G.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan yakni pendekatan campuran, yaitu
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, karena peneliti ingin mendeskripsikan
Metode Langsung dan menerapkannya dalam pembelajaran bahasa Arab di SMA Wahid
Hasyim Pati dengan keterkaitan dari latar belakang. Sedangkan jenis penelitiannya adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) CAR.
Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh siswa.[29]
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerja sama)
antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti
(dosen, widyaiswara) dalam pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka harus secara jelas diketahui peranan dan tugas yang harus
dilakukan antara guru dengan peneliti.[30]
Namun, dalam penelitian ini, guru berperan sebagai praktisi pembelajaran
sekaligus sebagai peneliti. Menurut Suharsimi (2002), dalam keadaan seperti
ini, guru melakukan sendiri pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang
melakukan tindakan. Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara
objektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar, tidak harus
ditutup-tutupi.[31]
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas, sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesionalnya.[32]
2.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
a.
Tempat pelaksanaan penelitian ini di kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim
Pati. Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan kurangnya
keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Arab sehingga penulis ingin
meningkatkan keterampilan tersebut melalui penerapan metode yang efektif dan
efisien.
b.
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Oktober – November
2014. Pemilihan waktu penelitian ini
disesuaikan dengan jadwal dan program semester yang digunakan di sekolah yang
bersangkutan.
3.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian yakni siswa kelas XII IPS SMA Wahid Hasyim Pati semester
gasal tahun pelajaran 2014-2015. Siswa di kelas ini berjumlah 22 siswa terdiri
dari 9 siswa putra dan 13 siswa putri yang memiliki kemampuan atau kecerdasan
yang bervariasi. Pemilihan
kelas XII IPS sebagai subyek penelitian ini dikarenakan siswa kelas ini masih
banyak yang belum mampu mencapai nilai ketuntasan minimal.
4.
Prosedur Penelitian
Secara garis
besar dalam Penelitian Tindakan terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,
yaitu (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi.[33]
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap
adalah sebagai berikut:
a. Tahap 1, Menyusun Rancangan Tindakan
(Planning)
Dalam tahap
ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Dalam penelitian ini pihak yang melakukan tindakan dan melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan adalah peneliti sekaligus sebagai guru pengajar, ketika sedang
mengajar dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati dia adalah seorang
peneliti.
Dalam tahap
menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Kemudian membuat sebuah
instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung.
b. Tahap 2, Pelaksanaan
Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan
yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan
tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini
pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumusan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar tidak dibuat-buat.
c. Tahap 3, Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
sekaligus sebagai guru. Guru
pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan
berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat
sedikit demo apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan
siklus perbaikan.
d. Tahap 4, Refleksi
(Reflecting)
Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan.
Adapun rencana
tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Penyusunan instrumen
pembelajaran
Instrumen pembelajaran yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
dibuat oleh peneliti/guru mata pelajaran bahasa Arab.
b.
Skenario Tindakan
1)
Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti memilih metode pembelajaran, metode yang peneliti
gunakan adalah Metode Langsung (Direct Method).
Peneliti melakukan kegiatan pra tindakan (observasi) pada tanggal 30
Oktober 2014 untuk mengetahui kondisi siswa saat pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya peneliti melakukan persiapan dan perencanaan pelaksanaan tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus, yang
dimulai pada bulan Oktober 2014. Adapun persiapan yang dilakukan untuk
pelaksanaan tindakan Siklus I, diantaranya:
a)
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakan Metode
Langsung (Direct Method) yang dapat menciptakan suasana menyenangkan
bagi para siswa.
b)
Membuat instrument pengamatan untuk mengamati proses pembelajaran
yang terdiri dari:
(1)
Soal pre test dan post test.
(2)
Lembar observasi siswa untuk mengetahui keterampilan siswa (maharatul
kalam) dalam proses pembelajaran.
(3)
Menyiapkan media pembelajaran yang akan diperlukan dalam rencana
tindakan.
2)
Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
Metode Langsung (Direct Method) sebagai upaya peningkatan keterampilan
berbahasa Arab sekaligus sebagai pengamat (observer).
a)
Pengamatan (observasi)
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data dengan mengamati setiap
tindakan yang dilaksanakan yang meliputi: Aktivitas guru, interaksi siswa
dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar
atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung.
b)
Refleksi
Data yang diproleh berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dijadikan sebagai pertimbangan untuk melangkah pada siklus
selanjutnya.
5.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
Penelitian Tindakan Kelas guru merupakan instrumen utama dalam pengumpulan
data. Penelitian ini adalah bersifat campuran, yang mana
tugas seorang guru adalah sebagai peneliti sekaligus sebagai pelaksana.
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan empat macam tehnik pengumpulan data yaitu tes,
wawancara, dokumentasi dan observasi.
a.
Tes
Tes adalah
cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas
atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
testee.[34]
Tes yang akan
peneliti gunakan adalah pre test dan post test berupa test
formatif, tes awal (pre-test) secara tertulis untuk mengetahui sejauh
manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai
oleh para siswa, tes akhir (post-test) guna mengetahui apakah semua
materi pelajaran sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Isi dan
meteri tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang
telah diajarkan kepada siswa.
b.
Wawancara
Wawancara
merupakan suatu percakapan dengan tujuan untuk memperoleh konstruksi,
rekonstruksi, dan proyeksi yang telah didapat sebelumnya. Metode ini ditujukan
kepada beberapa siswa untuk mengetahui bagaimana dengan adanya penerapan Metode
Langsung (Direct Method) dalam
pembelajaran bahasa Arab, adakah perkembangan dalam diri
mereka pada penggunaan bahasa Arab khususnya keterampilan al-kalam.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang
berhubungan tentang keadaan guru, keadaan siswa, karyawan, sarana dan prasarana
yang ada di sekolah.
d.
Observasi
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[35]
Adapun isi
dalam lembar observasi adalah tentang proses pembelajaran ketika berlangsung di
kelas, bagaimana guru dan siswa sedang berinteraksi langsung, dari kegiatan
pertama sampai kegiatan akhir. Selain itu juga mencatat aktifitas dan sejauh
mana perkembangan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.
6.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa analisis data kualitatif dan analisis
data kuantitatif. Analisis data kualitatif, yakni data yang mengasumsikan
realita sebagai sesuatu yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda dan
juga fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Teknik
analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles
dan Huberman (1984). Analisis model
interaktif ini, terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. [36]
Yang dimaksud reduksi data adalah proses pemilihan dan pemilahan data kasar
dari hasil catatan-catatan tertulis tentang lokasi penelitian. Penyajian data
merupakan paparan hasil penelitian dalam bentuk narasi. Sedangkan penarikan
kesimpulan atau verifikasi didasarkan pada berbagai analisis baik melalui hasil
observasi, wawancara maupun dokumentasi yang diproses
terus menerus.
Analisis data kuantitatif disini untuk mengetahui peningkatan kemahiran
siswa dalam pembelajaran berbicara yang dilihat dari hasil post
test. Skripsi ini hanya menggunakan statistik sederhana
untuk membantu mengungkap data sebagai upaya memperoleh data atau informasi yang
lengkap. Rumus yang digunakan adalah:
M =
Keterangan: M
= Nilai rata-rata yang ingin
diketahui
X = Nilai yang diperoleh responden
N = Jumlah responden
Sedangkan
untuk data dari hasil pengamatan, dilakukan dengan proses stabulasi dalam
bentuk prosentase untuk mengorganisasikan data. Untuk data berbentuk angka
tersebut setelah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel prosentase.
H.
Indikator Keberhasilan
Keberhasilan akan tercapai apabila seorang siswa mampu
dan menguasai materi dengan baik. Sebagai indikator utama keberhasilan
penelitian adalah:
1.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Arab kelas XII
IPS semester 1 sesuai yang diharapkan, yaitu minimal mencapai tingkat
ketuntasan 85%. Artinya 85% nilai bahasa Arab siswa kelas XII telah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM=70).
2.
Nilai rata-rata kelas minimal mencapai 75. Hal ini berarti bahwa nilai
rata-rata kelas XII pada mata pelajaran bahasa Arab setelah dilaksanakan
tindakan mencapai nilai 75.
I.
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi agar lebih sistematis dan terfokus
pada satu pemikiran, maka dalam pembahasan terperinci sebagai berikut:
Bab
pertama, merupakan pendahuluan yang ditempatkan pada tahap pertama.
Dalam pendahuluan dipaparkan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan latar
belakang masalah, rumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan
penelitian dan manfaat penelitian.
Bab
kedua, terdiri dari telaah pustaka, berisi tentang tinjauan umum dan
deskripsi tentang penelitian sebelumnya yang sejenis. Diteruskan dengan
landasan teori dan hipotesis tindakan, yaitu sebagai cara pandang dan dasar
acuan terhadap penelitian yang akan dilakukan, serta menentukan jawaban
sementara.
Bab
ketiga, terdiri dari metodologi penelitian, metode ini dimaksudkan
sebagai langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengambilan data dan
penganalisisan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis dan pendekatan
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab
keempat, merupakan bab terakhir dalam pembahasan yang memuat tentang
gambaran umum tentang SMA Wahid Hasyim Pati yang menguraikan tentang letak dan
keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses perkembangan, struktur
organisasi, keadaan siswa dan karyawan dan keadaan sarana prasarana dan berisi
tentang laporan hasil penelitan tindakan kelas.
Bab
kelima adalah bab terakhir sebagai penutup. Dalam hal ini terbagi
menjadi dua sub bab, pertama, simpulan dari semua pembahasan yang telah
diuraikan, selanjutnya kritik dan saran yang dianggap perlu. Kemudian di bagian
akhir terdapat daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan
penelitian, serta curriculum vitae.
J.
Daftar Pustaka
al Ghalayain, Musthofa, Jami’ ad
Durus al ‘Arobiyah. (Beirut: Asy’ariyah, 1973).
Annaqah, Mahmud Kamil, Ta’lim Allugoh al’Arobiyah, (Madinah: Jami’ah Ummul Quro, 1985).
Arikunto, Suharsimi, Penelitian
Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Hermawan, Cecep, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2011).
Juwairiyah, Dahlan, Metode
Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992).
Malibary, Akrom, dkk, Pedoman
Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN, (Jakarta,
1976).
Matthew B, Miles. dan A. Michael
Huberman, Analisis Data
Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru, diterjemahkan dari Qualitative Data
Analiysis, penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992).
Munip, Abdul, Problematika
Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, dalam Al-‘arabiyah
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol.1 No.2 Januari 2005.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007).
Sumardi, Mulyanto, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah
Tinjauan dari Segi Metodologi, (Jakarta: Kramat Kwitang, 1974).
Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan,
(Bandung: Imtima, 2007).
Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa
Arab, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab. (Jakarta: Proyek Pengembangan
Sistim Pendidikan Agama Depag, 2003).
Tim Penyusun KBK Bahasa Arab MA, Kurikulum
dan Hasil Belajar, (Jakarta: Depag RI, 2003).
Usman, Basyiruddin dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama, 2012).
Yusuf, Tayar & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995).
Zaenuddin, Radliah, dkk. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,
(Cirebon: Pustaka Rihlah Group, 2005).
Mamduh, ”Peningkatan kemampuan
menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa kelas VII semester ganjil
MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
Nafisatur
Rohmah, “Pengaruh Penerapan Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan Berbahasa
Arab Siswa di MTs Miftahul Falah Puncel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran
2012/2013.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
Sri Hidayati, ”Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling Learning Method) di MI
Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso pati Tahun pelajaran 2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html diakses tanggal 30 Agustus 2014.
[1] Abdul Munip, Problematika
Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia, dalam
Al-‘arabiyah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol.1 No.2
Januari 2005, 1.
[2] Radliah
Zaenuddin, dkk. Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,
(Cirebon: Pustaka Rihlah Group, 2005), 10.
[4]
Bahasa Arab Fusha ialah bahasa yang
dipergunakan oleh para sastrawan Arab, dipakai dalam berbagai majalah, surat
kabar, seminar, konferensi dan dalam forum-forum resmi, implisit dalam Alquran
dan Hadis.
[6] http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html diakses tanggal 30 Agustus 2014.
[9] Akrom
Malibary, dkk, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama
Islam IAIN, (Jakarta, 1976), 19.
[10] Cecep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), 183.
[11] Nafisatur Rohmah, “Pengaruh Penerapan
Metode Mubasyarah terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Siswa di MTs Miftahul Falah
Puncel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2012/2013.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[12] Mamduh, ”Peningkatan kemampuan
menulis dalam bahasa Arab melalui metode Imla’ siswa kelas VII semester ganjil
MTs Tarbiyatul Islamiyah Klakahkasihan Gembong Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[13] Sri Hidayati, ”Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Arab melalui Metode CLM (Counseling Learning
Method) di MI Tarbiyatul Athfal Bulumanis Lor Margoyoso pati Tahun pelajaran
2011/2012.” Skripsi, (STAI Pati, 2012).
[15] Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi
Metodologi, (Jakarta: Kramat Kwitang, 1974), 12.
[16] Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 136-137.
[17] Tayar Yusuf
& Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 152-153.
[18] Acep Hermawan, 175.
[24] Musthofa al Ghalayain, Jami’ ad Durus al
‘Arobiyah. (Beirut: Asy’ariyah, 1973), 7
[25] Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab,
Pedoman Pengajaran Bahasa Arab. (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim
Pendidikan Agama Depag), 118.
[26] Tim Penyusun KBK Bahasa Arab MA, Kurikulum
dan Hasil Belajar, (Jakarta: Depag RI, 2003), 2.
[28] Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi
Pendidikan, (Bandung: Imtima, 2007), 116.
[36] Miles,
Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang
Metode-Metode Baru, diterjemahkan
dari Qualitative Data Analiysis, penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi,
(Jakarta: UI Press, 1992), 16.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar